PETIKAN KATA-KATA RENUNGAN BHIKKHU UTTAMO
(1)
Keempat
harta, yakni keyakinan, kemoralan, kedermawanan dan kebijaksanaan,
adalah seperti sumur. Ketika Anda bagikan, airnya tetap sama tapi orang
yang kehausan menjadi terbebas dari rasa haus. Jangan hanya menjadi
sumber air dalam diri Anda, bagikanlah kepada temah Anda, lingkungan
Anda, serta keluarga Anda sehingga kita menjadi sumur kebajikan yang
tidak pernah habis.
(2)
Banyak orang mempunyai keyakinan agama yang kuat tetapi perilakunya buruk.
(3)
Pengendalian
ucapan tidak berbohong; pengendalian badan/perbuatan, tidak berzinah
dan juga tidak mabuk-mabukan akan mengantar kita hidup bahagia di dunia
dan juga bahagia setelah kehidupan ini.
(4)
Balaslah
jasa ayah dan ibu Saudara sebanyak dan semampu yang bisa Saudara
berikan, minimal Saudara tidak rewel, tidak nakal dan tidak menyusahkan
orangtua.
(5)
Ketahuilah
bahwa badan kita ini mulai dari rambut sampai ujung kaki itu sebetulnya
bukan milik kita, tetapi milik orangtua. Tidak ada manusia yang dapat
menciptakan bagian tubuhnya sendiri.
(6)
Penganiayaan
dan pembunuhan merupakan dua hal yang saling berdekatan. Pembunuhan
yang tidak sukses disebut penganiayaan. Sebaliknya, penganiayaan yang
sukses disebut pembunuhan.
(7)
Kamma yang harusnya dirasakan oleh seseorang dapat diubah dengan cara mengubah perilakunya menjadi lebih baik dari hari ke hari.
(8)
Hasil kamma yang dialami seseorang tidak akan dapat dipindahkan maupun dialihkan kepada fihak lain.
(9)
Kebenaran tidak akan berubah hanya karena seseorang mempercayai ataupun tidak mempercayainya.
(10)
Selama seseorang melakukan suatu perbuatan dengan niat baik, maka orang itu tetap menanam kamma baik.
(11)
Seseorang memilih suatu agama tertentu adalah berdasarkan kecocokan.
(12)
Orang yang telah mencapai kesucian tidak akan mengumumkan dirinya sebagai orang yang telah suci kepada masyarakat umum.
(13)
Apabila
seseorang sering mengembangkan kebajikan, maka hidupnya akan selalu
bertambah bahagia. Walaupun ia harus merasakan penderitaan, ia tidak
akan terlalu menderita.
(14)
Salah satu tujuan pelaksanaan Buddha Dhamma adalah untuk menjadi orang baik yang bijaksana.
(15)
Hubungan
orangtua dengan anak yang harmonis maupun yang kurang harmonis tentulah
ada penyebabnya pula. Salah satu penyebab terjadinya hubungan itu
adalah ikatan kamma.
(16)
Para
umat Buddha hendaknya mampu dengan bijaksana memisahkan antara Buddha
Dhamma yang diuraikan dengan perilaku pribadi Dhammaduta.
(17)
Seseorang
yang berbuat kebajikan dalam kehidupannya yang sedang menderita akan
mengkondisikan dirinya mendapat kebahagiaan dalam kehidupan ini maupun
kehidupannya yang akan datang.
(18)
Sebagai murid Sang Buddha, hendaknya kita mampu membangkitkan dan selalu menjaga agar semangat selalu ada dalam diri kita.
(19)
Segelas
air diberi satu sendok garam, maka air itu akan terasa sangat asin.
Bila jumlah air itu ditambah menjadi satu guci, maka garam sesendok yang
berada di dalamnya tidak lagi menimbulkan rasa asin. Contoh ‘air’ di
sini adalah sebagai lambang kebajikan, sedangkan ‘garam’ melambangkan
keburukan.
(20)
Bukan karena makanan atau minuman seseorang dapat disebut sebagai orang baik, melainkan harus dilihat dari perilakunya.
(21)
Umat hendaknya setahap demi setahap membersihkan perilaku hidupnya dari ketamakan, kebencian serta kegelapan batin.
(22)
Apabila
seseorang mampu mengatasi pikirannya sendiri, maka ia akan dapat
mengendalikan keinginannya dan bisa membebaskan diri dari jeratan
perasaan suka dan duka.
(23)
Hendaknya
kita ingat baik-baik bahwa badan ini adalah pinjaman dari orangtua.
Kita mempunyai kewajiban untuk membalas jasa orangtua, karena
sesungguhnya yang paling berjasa di dalam kehidupan kita adalah ayah dan
ibu.
(24)
Sesungguhnya
Ajaran Sang Buddha bukan hanya sekedar upacara sembahyang saja, atau
bahan diskusi, bahkan bukan pula merupakan suatu pengetahuan umum,
tetapi lebih dari itu. Ajaran Sang Buddha membutuhkan pelaksanaan di
dalam kehidupan kita sehari-hari.
(25)
Sebaiknya
kita tidak hanya ingat mereka yang telah berjasa saja. Tetapi kita juga
harus menajdi orang yang baik dengan cara berusaha berbuat baik kepada
siapa saja.
(26)
Di
dunia ini, kita hanya mempunyai satu ayah dan satu ibu kandung. Kalau
mereka meninggal, tidak ada yang bisa menggantikannya. Kalaupun ada,
mereka bukanlah ayah dan ibu kandung yang memiliki badan Saudara.
(27)
Umat
Buddha yang sesungguhnya adalah umat yang telah melaksanakan Buddha
Dhamma dalam kehidupannya sehari-hari, paling tidak, dengan meniru sikap
serta perilaku Sang Buddha Gotatama sebagai Guru Agungnya.
(28)
Sebagai manusia yang bisa berpikir, tentu kita harus merenungkan dahulu setiap langkah dan ucapan kita.
(29)
Kadang-kadang
kita merasa bahwa kita tidak kepingin belajar, ‘Saya sudah cukup”.
Padahal, kalau kita mendengar, tentu kita akan mendapatkan banyak
manfaat.
(30)
Ajaran
Sang Buddha memberikan kebahagiaan di dalam batin, sedangkan dalam ilmu
pengetahuan Saudara hanya memperoleh kebahagiaan yang bersifat
badaniah.
(31)
Ilmu
pengetahuan tidak bisa memberikan ketenangan batin. Ilmu pengetahuan
tidak bisa memberikan kebahagiaan sejati. Ilmu pengetahuan hanya
memberikan kebahagiaan semu / membantu kebahagiaan saja.
0 komentar:
Post a Comment